-
Menulis Webnovel Tak Sesulit Menulis Novel Cetak?
Read more: Menulis Webnovel Tak Sesulit Menulis Novel Cetak?Seorang penulis novel cetak harus tahan menulis cerita hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk bisa melihat bukunya itu terbit, sementara seorang penulis webnovel mungkin tak perlu bertahan selama itu untuk melihat bukunya terbit, tetapi setelah itu dia harus memiliki ketahanan untuk terus menulis bab demi bab, setiap harinya, demi memenuhi ekspektasi pembaca.
-
Membayangkan Platform Digital Khusus untuk Karya Sastra
Read more: Membayangkan Platform Digital Khusus untuk Karya SastraPara penulis karya sastra kerap mengutarakan kegelisahan mereka mendapati ruang-ruang tayang untuk karya sastra semakin berkurang, sedangkan dengan adanya ruang-ruang itu pun kesempatan tampil bagi karya-karya sastra sebenarnya sangat terbatas. Dan ketika kemudian muncul ruang-ruang baru, termasuk ruang-ruang dalam wujud website yang bisa diakses secara daring oleh siapa saja, kebanyakan, nyatanya tidak mampu memberikan “apresiasi”…
-
Mengapa Kita Bertahan Hidup?
Read more: Mengapa Kita Bertahan Hidup?Manusia terjebak pada antroposentrisme. Suka tidak suka, begitulah kenyataannya. Dan sementara sangat mudah–seakan-akan alamiah–bagi manusia untuk terjebak pada–bahkan dibutakan oleh–antroposentrisme, melepaskan diri darinya sangatlah sulit.
-
Memahami Kegelapan di Dalam Diri
Read more: Memahami Kegelapan di Dalam DiriSedari kecil, Ruri memang sudah memiliki relasi yang unik dengan kegelapan di dalam dirinya ini. Ia, misalnya, pernah diolok-olok teman-teman lelaki seumurannya; ia disebut monster karena ada kabar yang tersebar bahwa neneknya adalah monster. Dihadapkan pada perisakan ini, Ruri kecil bukannya kesal dan marah; justru ia tersenyum senang.
-
Manusia dan Kematian
Read more: Manusia dan KematianSebab seperti halnya kehidupan, kematian adalah sesuatu yang terhubung dengan kita, bisa jadi dengan relasi yang jauh lebih kuat dan jauh lebih pekat dari yang kita duga. Bukanlah sebuah kesalahan memikirkannya secara mendalam, sewaktu-waktu.
-
Bagaimana Politik dan Media Massa Mereduksi Identitas Kita
Read more: Bagaimana Politik dan Media Massa Mereduksi Identitas KitaSelama A dan B masih bersikeras memosisikan identitasnya terkait sikap politiknya itu sebagai identitas yang dominan, yang menihilkan identitas-identitasnya yang lain, selama itu pula mereka berada di dalam kesadaran palsu (false consciousness). Dan selama itu pula mereka akan tampak menggiurkan di mata oligarki, juga di mata para influencer atau tokoh masyarakat yang oportunis.
-
Seks dan Kapitalisme
Read more: Seks dan KapitalismeAkibatnya, si perempuan merasa menemukan ruang yang selama ini ia cari-cari; sebuah ruang di mana ia bisa mendapatkan sesuatu yang selama ini diidam-idamkannya–kenikmatan biologis dan psikologis itu. Tak heran si perempuan berpikir adanya jasa unik ini adalah solusi bagi masalah serius yang tengah dihadapinya dalam aktivitas seksualnya dengan pasangannya.
-
Hiperrealitas dan Kekosongan
Read more: Hiperrealitas dan KekosonganTetapi bahkan dalam sesuatu yang relatif suram seperti ini pun, selalu, ada semacam keindahan yang juga mendalam, yang apabila kita menghayatinya kita akan merasakan sesuatu yang lain, yang cerah, yang berpotensi menyembuhkan kita. Dan itu terlihat di kasus Nakajima-san tadi.
-
Bagaimana Islam Bernegosiasi dengan Realitas
Read more: Bagaimana Islam Bernegosiasi dengan RealitasDi titik ini kita mestilah menyadari bahwa negosiasi Islam dengan realitas pun mengalami perubahan. Jika di masa Rasulullah SAW, bisa dibilang, negosiasi yang dibangun Islam adalah dengan realitas-realitas di luar dirinya, pasca Rasulullah SAW wafat Islam dituntut juga untuk bernegosiasi dengan realitas-realitas di dalam dirinya.